Sepuluh tahun setelah Perjanjian Paris yang penting, dunia berada pada titik kritis dalam perjuangan melawan perubahan iklim. Kesepakatan tersebut menetapkan tujuan ambisius untuk membatasi pemanasan global hingga “jauh di bawah” 2°C, idealnya 1,5°C, di atas tingkat pra-industri. Meskipun kemajuan telah dicapai, emisi terus meningkat, dan diperlukan percepatan yang signifikan untuk menghindari dampak bencana. Penilaian ini mengkaji kondisi perjanjian saat ini, posisi dunia saat ini, dan tantangan apa yang masih ada.
Tren Suhu Global
Sejak tahun 1970, suhu setiap tahun telah melampaui suhu rata-rata dibandingkan dengan suhu dasar pra-industri (umumnya pada paruh kedua abad ke-19). Pada tahun 2015, suhu rata-rata global adalah 1,1°C di atas garis dasar ini, dan meningkat menjadi sekitar 1,3°C saat ini. Tahun 2024 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas yang pernah ada, dengan suhu melebihi 1,5°C dalam waktu singkat, namun Perjanjian Paris mencatat rata-rata suhu dalam jangka panjang. Proyeksi menunjukkan bahwa tahun 2025 akan mencapai sekitar 1,4°C di atas rata-rata pra-industri, menjadikannya salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat.
Mengapa hal ini penting: Meningkatnya suhu mempercepat kejadian cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan gangguan ekosistem. Setiap sepersekian derajat yang dihindari sangatlah penting untuk memitigasi dampak ini.
Proyeksi Skenario Pemanasan
Sebelum Perjanjian Paris, dunia berada pada jalur pemanasan sebesar 3,7–4,8°C pada tahun 2100. Komitmen yang ada saat ini berdasarkan perjanjian tersebut diharapkan dapat menurunkan suhu tersebut menjadi sekitar 2,9°C, dengan kemungkinan berkisar antara 2,3–3,4°C. Meskipun merupakan suatu perbaikan, angka ini masih jauh dari target 1,5°C.
“Setiap ton berarti; setiap sepersepuluh derajat yang kita hindari penting; setiap tahun penting.” – Costa Samaras, Universitas Carnegie Mellon
Sebelum emisi global mencapai nol bersih, dampak iklim akan semakin buruk. Skenario pemanasan sebesar 4°C dapat menyebabkan 118 hari lagi yang sangat panas di AS pada akhir abad ini, dan dampaknya bahkan lebih parah di negara-negara lain. Mengurangi emisi hingga 2,6°C akan mengurangi waktu tersebut menjadi 88 hari, dan membatasi pemanasan hingga 1,3°C akan menghasilkan 58 hari saja.
Dampak Iklim Antargenerasi
Perubahan iklim akan berdampak besar pada generasi muda. Anak usia lima tahun saat ini akan mengalami gelombang panas 22% lebih banyak dibandingkan anak usia lima belas tahun saat ini. Mereka akan menghadapi gelombang panas lebih dari dua kali lipat yang dialami oleh orang tua mereka yang berusia tiga puluh lima tahun dan enam kali lipat dibandingkan kakek dan nenek mereka yang berusia enam puluh lima tahun. Frekuensi kekeringan, kebakaran hutan, dan siklon tropis juga meningkat akibat perubahan iklim.
Bangkitnya Energi Terbarukan
Salah satu kunci keberhasilan era Perjanjian Paris adalah perluasan pesat energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Fasilitas tenaga surya mulai beroperasi lebih cepat dari perkiraan pada tahun 2015, dan kemajuan teknologi baterai memungkinkan penyimpanan energi untuk penggunaan malam hari. Hal ini menandai lompatan maju yang signifikan dalam infrastruktur energi ramah lingkungan.
Namun: Kemajuan masih diperlukan di sektor-sektor seperti transportasi, pertanian, industri, dan penggunaan lahan untuk mengimbangi kemajuan dalam energi terbarukan.
Melihat ke Depan
Perjanjian Paris telah menetapkan landasan yang penting, namun upaya berkelanjutan diperlukan untuk mencapai tujuannya. Dunia harus memprioritaskan pengurangan emisi secara cepat di semua sektor.
“Saya berharap kita dapat meninjau kembali hal ini dalam 10 tahun ke depan dan dapat mengatakan bahwa Perjanjian Paris memulai pengurangan emisi gas rumah kaca secara cepat. Namun kita perlu bekerja dalam 10 tahun ke depan untuk mewujudkan hal tersebut.” – Kosta Samaras
Dekade berikutnya akan menentukan apakah Perjanjian Paris dapat memenuhi janjinya mengenai masa depan yang berkelanjutan. Kerja sama internasional yang berkelanjutan, perubahan kebijakan, dan inovasi teknologi sangat penting untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim.
